Menjadi Designer | Cerpen Karya Atikah Nuha

Sejak kecil, Mia sudah pandai melukis. Mia dapat melukis orang-orang kartun, buah-buahan,
hewan-hewanan, alam, dan lain sebagainya. Dibalik itu, keluarga Mia pun pandai berjualan dan
membuka usaha. Berawal dari menjual 1 atau 2 motor tetapi sekarang sudah banyak motor
berjejer di showroomnya, juga menjual sabun dan pewangi baju tetapi sekarang sudah membuka
usaha laundry. Ibunya pun juga membuka usaha menjual baju untuk anak-anak.

Suatu ketika, Mia berfikir “gimana kalau aku menjual hasil lukisanku ke teman-teman ya? Atau
menitipkan jualan lukisannya itu di koperasi, siapa tau ada adik kelas yang ingin membelinya
juga. Dulu ayah dan ibu berjualan hanya dari mencoba-coba dlu kan?” tanyanya kepada dirinya
sendiri. Mia pun akhirnya mulai melukis yang lebih bagus lagi dan lebih niat agar dapat
dijualkan. Keesokan harinya, Mia membawa hasil lukisannya ke sekolah. Setengahnya ia taruh
di koperasi, setengahnya lagi ia bawa ke kelasnya.

Sesampainya Mia di rumah, ibu melihat Mia sedih. Ibu pun menghampirinya.

“Mia kenapa? Kok pulang sekolah sedih gitu?” tanya ibu.

“Eh bu, tidak apa-apa kok bu” jawabnya sambil mengelap air matanya.

“Tidak apa-apa kok nangis? Kamu kalau ingin cerita boleh banget kok” jawab ibu lagi.

“Sebenarnya gini bu, aku kan melihat ayah sama ibu berjualan ya, Mia ingin coba itu bu. Mia
tadi membawa hasil lukisan Mia ke sekolah yang Mia buat kemarin. Pas sampai di kelas, Mia
keluarkan lukisan Mia, teman-teman laki-laki Mia menertawakan nya bu. Dan ada juga yang
mengejek hasil lukisan Mia. Mia sedih karena itu bu” cerita Mia dengan suara sedih.

“Miaa.. Mia tidak perlu sedih karena itu. Bisa jadi teman-teman mu itu iri sama Mia kenapa Mia
pandai melukis. Coba deh ejekan teman-temanmu itu kamu jadikan kritik dari hasil lukisanmu
sekarang. Coba mana lukisanmu, ibu ingin lihat” pinta ibu.

“Ini bu” Mia memberi lukisannya.

“Bagus kok ini. Coba ibu kasih saran dikit ya. Gambar ini mungkin langitnya lebih di gradasi
lagi mungkin tambah warna merah biar lebih cantik langitnya. Kalau gambar ini mungkin
matanya lebih di besarin agar lebih menyala” Ibu memberi saran pada lukisan Mia.

“Oh jadi begitu ya bu” jawabnya

“Iya.. bisa kamu tambah bingkai-bingkai cantik di pinggirannya agar bisa dipajang di kamar”
tambah saran dari ibu.

“Makasih ya bu saran-saran dari ibu menambah semangatku untuk melukis lagi” jawabnya.

“Iya sama-sama Mia. Makan dulu yuk, kamu pasti lapar habis nangis” ejek ibu.

“Ibu tau aja, oke bu Mia ganti baju dulu nanti aku nyusul ibu” jawabnya.

Sore harinya, Mia pergi ke toko lukisan. Di lantai 1, banyak sekali lukisan-lukisan. Sambil
berjalan, Mia perhatikan lukisan itu satu-persatu. Ia berhenti di salah satu lukisan yang menurut
dia cantik sekali lukisannya. “cantik” batinnya. Tak lupa ia membeli alat dan bahan lukisan yang
telah habis, juga ia membeli bingkai-bingkai sesuai dengan saran dari ibu. Ia menaiki tangga
karena yang ingin ia beli berada di lantai 2.

Sesampainya di rumah, Mia menaruh alat dan bahan lukisnya itu di atas meja dan Mia pun mulai
melukis. Seketika Mia ingat lukisan-lukisan yang ada di toko tadi. Mia mencoba untuk melukis
nya, yaaa meskipun tidak mirip-mirip banget tapi it’s okey.

Keesokannya ketika di sekolah.

Mia melewati lorong kelasnya dengan membawa lukisan dia yang lebih bagus dari kemarin.

Tiba-tiba ada Shella dari kelas sebelah yang menghampirinya.

“Kamu Mia yang jual lukisan-lukisan kan ya?” tanyanya.

“Iya” jawabku dengan perasaan bingung.

“Aku bisa request bikin desain ke kamu tidak ya? Minta tolong bikin desain semacam dress
untuk ulang tahunku dong, bisa?” tanya Shella.

“Oh bisa. Kamu mau yang seperti apa dress nya?” tanyaku lagi.

“Terserah kamu aja sekreatif mu. Aku tunggu 2 hari lagi ya desainnya” pinta Shella.

“Oke baik” jawabku.

Sampai di kelas, lukisan-lukisan yang dibawa Mia hari ini sangat laku. Karena teman-temannya
ingin memajang nya di kamar, ada juga yang ingin membelinya karena ingin dibuat kado, dan
lain-lain.

Sesampainya di rumah.

“Ibuuuu aku seneng banget hari ini karena lukisan ku banyak yang membeli, ini gara-gara saran
dari ibu sihh jadi laku, makasih banyak ya bu hehehe” ucap Mia.

“Wahh senang juga ibu melihatmu happy lagi, tidak seperti kemarin-kemarin sedih. Iyaa sama-
sama Mia ibu senang kok membantu, nggak salah kan kamu mencoba lukis lagi.” jawab Ibu.

“Hehehe iya bu” tambahku.

“Ngomong-ngomong ibu mau pergi arisan dulu sama ibu-ibu lain, kamu kalau mau makan udah
ibu siapin di meja ya tinggal makan aja” ucap ibu.

“Baik bu siap” jawabku.

Tiba-tiba Mia teringat sesuatu akan hal dia dimintakan untuk membuat desain dress untuk pesta
ulang tahun Shella. Lalu dia bergegas untuk mengambil alat-alatnya untuk membuat desain
tersebut. Selang 1 jam, Mia belum menemukan ide untuk konsep desainnya seperti apa. Ia
mencari di internet, ia tidak menemukan yang cocok untuk dipakaikan ke Shella. Ia teringat
sesuatu, ia pernah melihat 1 desain di toko lukisan yang pernah ia kunjungi. Menurutnya desain
tersebut cocok untuk dipakaikan saat pesta ulang tahun Shella. Ia pun memulai mendesain
seingatnya dia. Perlu 3 jam untuk membuat desain, Mia pun sudah selesai dan perutnya merasa
lapar. Ia teringat ia belum makan, dan ia pun langsung bergegas ke ruang makan dan menikmati
makanan buatan ibunya.

Keesokan harinya, desain tersebut diberikan kepada Shella. Shella sangat suka dengan desain
dress buatan Mia. Dari desain tersebut, Shella dapat mengambil ide untuk warna nuansa pesta ia
nanti, ya warna putih dan vintage. “percampuran warna yang bagus” batin Shella.

“Terimakasih ya Mia, ini aku bayar, sama ini ada kartu undangan buat kamu, aku harap bisa
hadir ya heheh” ajak Shella.

“Kuusahakan ya Shella. Terimakasih sudah mengundang” jawab Mia.

“Sama-sama. Ngomong-ngomong aku duluan ya, see you” jawab Shella dan langsung pergi.

Sesampainya dirumah, Mia menghampiri ibu. Mia bercerita tentang ia yang diminta untuk
membuat desain gambar dress dan ia berfikir jika ia besar nanti, ia tertarik ingin menjadi
designer dan membuka toko butik. Menjadi designer bukanlah hal yang mudah bagi Mia, karena
ini adalah cita-cita Mia yang baru yang ia inginkan. Tetapi, karena ibunya yang sangat
memotivasi Mia, membuat Mia yakin jika besar nanti ia akan menjadi designer.